Pemuda di Kampung Sindangrasa tengah senang membahas acara mistis yang kembali marak di televisi-televisi swasta. Bagian yang paling sering atau menjadi pembahasan utama adalah penampakan yang muncul di program tersebut.

“Eh liat gak semalem. Kaya ada bayangan kuntilanak tuh di pojok ruangan tempat uji keberanian,” bilang Udin. “Iya bener, saya juga lihat,” tambah Petot, Odeng, dan Adud bersamaan.

Cuma Si Ontohod yang tidak terlalu antusias berbicara. Dia tahu jika program mistis itu seperti halnya acara-acara reality show lain. Diskenariokan dan dibuat-buat. “Masak, ada satu adegan dukun bertarung dengan buaya. Tapi, dukunnya berbahasa Sunda kurang lancar. Padahal, setting acara tersebut adalah sebuah perkampungan Sunda,” gumam Si Ontohod dalam hati tentang acara mistis yang pernah ditontonnya.

Karenanya, dia tetap asyik mengisap rokok kretek sambil tiduran di bawah rimbunnya pohon kersen, tak jauh dari teman-temannya mengobrol.

Teman-teman Si Ontohod tahu jika rekannya itu memang aneh. Meski kelakuannya terbilang minus, Si Ontohod dianggap mereka cukup cerdas dalam menyikapi dan berkomentar soal segala kejadian. Termasuk politik, olahraga, hingga hal-hal gaib seperti penampakan hantu yang dibicarakan.

Mereka pun lantas mendekat ke arah Si Ontohod. “Hod, kamu tahu enggak, kenapa sih hantu-hantu itu menampakkan diri seperti di acara gaib itu?” tanya Petot, mewakili teman-temannya.

Sadar temannya bertanya dengan serius, Si Ontohod bangun dari posisi berbaring. Dia lantas beringsut ke arah botong kersen dan kemudian bersandar. Melihat posisi duduk Si Ontohod, teman-temannya tahu jika “kebijakan” akan segera meluncur dari mulut temannya.

“Sebelum saya menjelaskan fenomena itu, tahu enggak kalian, cuma di Indonesia saja, fenomena seperti penampakan hantu secara utuh muncul?” tanya Si Ontohod.

“Enggak!” jawab teman-temannya serentak.

‘Kalian tentu pernah nonton film-film horor Hollywood kan? Nah, di Amerika sana, biasanya hantu diperlihatkan berbentuk sinar, bayangan, atau angin yang menggerakkan sesuatu. Tak lebih dari itu,” jelas Si Ontohod sambil mengisap dalam-dalam rokok kreteknya.

“Ya, betul,” kata Udin. “Kecuali film tentang zombie, gak pernah liat tuh ada hantu yang menampakkan diri di film-film sana.”

Hunter's ghost from Jim Batista (Google)

“Nah,” lanjut Ontohod. ‘hal itu tak lepas dari budaya bangsa ini yang kampungan…”

“Hah, maksud kamu apa, Hod? Jadi kamu bilang kita-kita ini kampungan?” tanya Odeng dengan nada terkejut.

“Iyalah. Kalian memang kampungan kok. Lihat aja kemarin. Pas ada liputan mudik di pengkolan depan, kalian berdiri di belakangnya sambil melambai-lambai ke kamera,” jawab Si Ontohod meninggi.”Itu pun terjadi pada sebagian masyarakat di negeri ini,” sambungnya dengan telunjuk kanan menunjuk ke tanah.

“Okelah kalau itu kami akui. Tapi, apa hubungannya dengan penampakan hantu?” tanya Adud yang dari tadi serius mendengarkan.

“Nah… semasa hidup saja, orang-orang sini sudah doyan ditangkap kamera dan senang masuk TV. Ketika sudah mati, mereka juga gak mau kalah dong. Ketika ada kesempatan masuk TV seperti di acara mistis itu, ya mereka juga ingin terlihat eksis… Makanya, mereka nampakin diri….,” tegas Si Ontohod tergelak. “Waktu hidup aja udah narsis, ya pas udah meninggal juga kebawa tuh kenarsisannya.”

“Sial, udah denger serius-serius, malah dijawab bercanda. Huuuu….,” komentar rekan-rekannya sambil pergi.