Saat menghadiri konferensi pers pembentukan Bogor Raya FC, salah satu klub anggota Liga Primer Indonesia, saya bersua dengan sosok yang sudah lama malang melintang di persepakbolaan tanah air. Dialah Listyanto Raharjo.

Pemain yang akrab disapa Bejo itu merupakan salah satu kiper kawakan di tanah air. Mantan penjaga gawang timnas dan Pelita Jaya itu terlihat masih aktif bermain dalam usia yang sudah menginjak 43 tahun.

Secara postur, memang Bejo sudah tak seatletis seperti saat membawa Pelita juara Galatama pada awal 1990-an. Tapi, dengan skill yang dimilikinya, Bejo yang didaulat menjadi asisten pelatih merangkap pelatih kiper masih berani untuk mengawal gawang klub yang dibelanya. “Saya bahkan masih sanggup untuk turun sebagai pemain,” bebernya.

Listyanto "Bejo" Raharjo, mantan kiper timnas Indonesia.

Salah satu komentar dia yang menarik dari obrolan kami adalah soal kiper timnas. “Menurut saya, Hendro Kartiko masihlah yang terbaik sebagai kiper utama untuk timnas,” jawabnya ketika ditanya siapa kiper terbaik di tanah air saat ini.

“Dengan pengalaman yang dimilikinya, Hendro menunjukkan kematangan sebagai seorang kiper,” terangnya lagi.

Lalu, kenapa dia sama sekali tidak dilirik kembali oleh timnas? “Inilah. PSSI sebagai induk organisasi saya rasa punya kebijakan untuk mendahulukan pemain yang lebih muda. Padahal, untuk sebuah timnas, tetap diperlukan sosok berpengalaman,” tegasnya.

Penjelasan kontradiktif yang menarik. Sosok berpengalaman tetap dibutuhkan sebuah tim meski regenerasi juga perlu.  Sementara, banyak dari pencinta sepak bola tanah air sudah jenuh dengan nama yang itu-itu saja yang membela timnas. Padahal, bisa jadi justru merekalah yang memang dibutuhkan untuk saat ini.

Bagaimana pendapat, Anda?