Teka-teki soal masa depan Josep Guardiola akhirnya terjawab. Rabu (16/1), eks pelatih Barcelona itu memilih Bayern Munchen sebagai klub barunya. Sosok yang akrab disapa Pep itu akan dikontrak Bayern hingga musim panas 2016.

Josep Guardiola dikabarkan menandatangani kontrak dengan Bayern Munchen di New York. Dia dikontrak hingga 2016. (Foto: Getty Images)

“Guardiola merupakan sosok yang akan berkontribusi besar. Tak hanya bagi Bayern, pun sepak bola Jerman,” kata Karl Heinz Rummenigge, Chairman Bayern.

“Hanya pelatih sekaliber Guardiola yang pantas menggantikan Jupp Heynckes,” tambah Presiden Bayern, Uli Hoeness.

Dua petinggi Bayern itu benar. Klub berjuluk FC Hollywood itu merupakan rumah yang cocok bagi Guardiola, setelah keluar dari Barcelona.

Pertama, secara filosofi permainan, Bayern sudah menerapkan sepak bola atraktif. Filosofi tersebut juga tak lepas dari sentuhan Louis van Gaal, eks pelatih El Barca yang juga pernah memoles Guardiola.

Faktor kedua terkait dengan materi pemain. Seperti halnya Barcelona, Bayern punya akademi yang bagus. Para pemain muda bergantian muncul setiap tahunnya.

Secara finansial pun Bayern sanggup membeli pemain bintang yang (mungkin) diingankan Guardiola. Sumber daya yang dimiliki Bayern itu tak dimiliki oleh klub seperti AC Milan yang sebelumnya pernah diberitakan tertarik mendatangkan Guardiola namun tak kuasa memenuhi bujet transfer 80 juta euro yang disyaratkan.

Bukankah Chelsea juga punya sumber daya besar, bahkan jauh lebih melimpah, dibandingkan Bayern? Benar, tapi ada faktor ketiga yang tak dimiliki oleh klub yang dimiliki Roman Abramovich itu. Kebebasan.

Guardiola merupakan sosok yang ingin memiliki kewenangan besar dalam mengatur pemain. Tak mau direcoki oleh petinggi klub. Syarat itu jelas tak dimiliki The Blues. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Abramovich kerap ikut campur dalam pembelian pemain. Bahkan terkadang, memaksakan nama tertentu untuk dimainkan. Itu yang pasti takkan selaras dengan Guardiola.

Manchester City pun sebenarnya punya potensi sebagai tempat yang cocok bagi Guardiola. Akademi The Citizens sudah berjalan baik, bahkan akan semakin besar dengan pengembangan pusat latihan yang baru. Klub milik Sheikh Mansour itu punya sumber daya finansial tak terbatas yang bisa memuluskan Guardiola untuk belanja pemain.

Lantas, kenapa tak memilih Man. City? Terlepas dari pendekatan yang belum dilakukan oleh manajemen The Citizens, putusan untuk tidak memilih Premier League bisa jadi datang dari Guardiola.

Bisa saja Guardiola “takut” reputasinya akan tercoreng jika memilih Man. City. Dengan tingkat persaingan Premier League yang demikian tinggi, perebutan gelar juara diperebutkan tidak hanya oleh dua tim. Bisa lima bahkan enam tim akan bersaing ketat dalam menembus papan atas. Dengan begitu, peluang Guardiola untuk membawa timnya menjadi juara tidaklah terlalu besar.

Situasi seperti itu jelas belum pernah dirasakan Guardiola sebelumnya. Dia diangkat menjadi manajer Barcelona dengan tim yang sudah “jadi” dan tingkat persaingan bipoli lantaran hanya akan bertarung dengan Real Madrid. Tentu secara perhitungan peluang juara menjadi 50-50.

Kondisi yang sama terjadi di Bundesliga 1. Tanpa meremehkan kemampuan tim lain dan kejutan yang kerap terjadi, persaingan di kasta tertinggi Liga Jerman itu dalam 2-3 tahun terakhir hanya akan terjadi antara Bayern dan Dortmund. Situasi seperti itu sama persis dengan yang terjadi di Liga BBVA.

Dengan Bayern yang begitu digdaya musim ini dan meninggalkan jauh para pesaing termasuk Dortmund, Guardiola telah melakukan pilihan yang tepat. Bukan hanya Guardiola yang akan membantu Bayern menjalani momen kesuksesan. Bayern pun akan menolong Guardiola menjaga reputasinya, sebagai pelatih yang selalu menghadirkan gelar juara pada setiap musimnya.

Bisa jadi pula, Bayern akan menjadi uji kelayakan bagi seorang Guardiola. Sudah menjadi rahasia umum, julukan FC Hollywood disematkan karena tim tersebut punya banyak bintang berego besar. Jika bisa melaluinya dan membawa Bayern sukses, Guardiola akan merasa pe-de untuk merasakan tantangan di liga mayor Eropa lainnya. Menjadi suksesor Sir Alex Ferguson di Old Trafford-kah?